Q&A

    • Rafi:
    • percepatan teknologi sekarang banyak sekali yang mempermudah kita dalam melakukan keseharian. AI dan deep learning , adalah hal hal yang sepertinya sudah menjadi kata kata yang sedang ramai di bicarakan oleh orang yang tergila gila dengan digitalisasi. Maaf banget nih kalau boleh agak nyeleneh sedikit... Arsitek jaman dulu yang mungkin gak terlalu aktif dengan perkembangan teknologi sekarang ini , menurut Pak Endy bagaimanakah mereka bisa bertahan? Or adakah memang ruang ruang khusus di tempat lain (Yang memang sudah di sediakan) yang akan menampung ke-kreatifitas cara berpikir dan konsep out of the box nya mereka? karena saya pernah dengar juga dari beberapa teman saya yang lulusan dari arsitektur kalau arsitek jaman dulu itu skill nya luar biasa.. bisa bikin garis lurus tanpa penggaris :)
    • Gandi:
    • Kalau boleh saya tahu Pak Endi bisa di jelaskan sedikit mengenai perubahan yang terjadi di lapangan sekarang ini, khususnya poin mengenai perubahan lingkup jasa dan eksistensinya " Architect of record"?
    • Bima:
    • Pak Endy, maaf agak melenceng dari topik yang disampaikan di video di atas. Mohon pencerahannya menurut Bapak, apa kesulitan / tantangan terbesar yang di hadapi Arsitek saat ini - New NORMAL - pra/pasca pandemi?
    • Cindy:
    • oia, terima kasih buat revisinya, Pak. Jawabannya sudah jelas kok . Terima kasih banyak pak.
    • endy-subijono:
    • @Cindy
      Koreksi sedikit ya, arsitektur itu ilmunya, kalau orangnya disebut arsitek.

      Pemahaman touchless technology tidak bisa diartikan hanya seperti penggunaan handphone. Ia lebih dimaksudkan sebagai cara untuk menghindari sentuhan langsung pada benda-benda karena alasan kesehatan. Salah satu contohnya adalah penggunaan handphone sebagai alat pengganti sentuhan langsung. Saat ini contoh touchless technology lainnya antara lain face recognition scanner, voice command dan movement censor.

      Kalau urusan alat yang "ngadat" tentu baca manual book atau kontak teknisi, tetapi rancangan pengaturan lokasi sensor, jenis peralatan yang sesuai keperluan, soal detail estetika perletakan dsb. tentu bukan urusan teknisi. Jadi arsitek tetap punya tanggung jawab untuk mengintegrasikan keberadaan sensor-sensor tersebut ke dalam rancangannya.

      Mudah-mudahan ini menjawab pertanyaan Cindy.

    • endy-subijono:
    • @Juara
      Fengsui juga sebuah instrumen yang membantu pengaturan ruang dan massa berdasarkan perhitungan-perhitungan tertentu. Bila dikaitkan dengan issue kesehatan, tentu ada argumentasi dalam fengsui yang bisa menjelaskan bagaimana keterkaitannya dengan urusan kesehatan.

      Saya tidak mendalami fengsui, tetapi saya percaya dibaliknya selalu ada nalar yang bisa menjelaskan pengaturan berdasarkan fengsui. Kearifan lokal di Indonesia juga mengenal pengaturan-pengaturan yang khas seperti fengsui, misalnya tri hita karana dan asta kosala-kosali di Bali. Secara umum, fengsui dan tri hita karana sebagai contoh, sangat memperhatikan hubungan dan sikap kita terhadap alam. Mudah-mudahan dapat memberikan gambaran yang bermanfaat.

      Terima kasih.

    • Juara:
    • kalau kita mau berangkat dari Sejarah, ternyata arsitek itu harus pintarpintar bermain dengan analisa dan permainan imajinasi ruang. terus apakah feng sui dapat menjadi sebuah andalan dalam menyelesaikan issue kesehatan tersebut? karena bagaimana pun juga feng sui itu banyak yang pakai dalam kaitan design dalam sebuah rumah/ bangunan dan ternyata itu aplikatif.
      terima kasih.
    • Cindy:
    • apakah touchless technology menjadi sebuah hal yang baru bagi para arsitektur untuk dipelajari lagi? karena seperti halnya Handphone akan ada saat-saat ( katakanlah lagi sial) sensornya ngadat.. nah, itu apakah ada seri manualnya biar masih bisa jalan tanpa touchless ?
      TRus kalau touchless , artinya di empunya gedung artinya gak meminta pertanggung jawaban arsitek ya? melainkan cukup nyari si teknisinya?
      sekian dari saya Pak.

NEXT

It is necessary to reformulate new standards and regulations for public and private spaces

ViBi Buzz