Redefining our Space: the Architect's Perspective - Bambang Eryudhawan

Related Article


Q&A

    • Sherly:
    • Saya melihat kenyataan kalau sekarang ini, terutama di kota Jakarta banyak banget orang orang yang seakan gak peduli dengan kenaikan yang terindikasikan positif COVID19, kenapa saya bilang gak peduli ya karena itu : orang orang terlihat aktif pasang status WA tunjukkin acara hang outnya di mall mall. Gimana orang mau patuh kalau setiap orang punya jalan pikirannya masing- masing , dan malah ada yang berpikir "yah kalau sudah waktunya mati ya mati saja"....... Nah konsep re-defining space ini artinya kan kita mesti menciptakan sebuah aturan/rules baru mengikuti hal hal yang membatasi pergerakan manusia dan jarak yang lebih melebar antar manusia... but di indonesia ada hal hal yang ikut mempengaruhi sangat dalam pelaksanaan aturan tersbut yaitu watak. or lets say tabiat. or karakter. itu benar kan Pak ? so how we can manage it in this country? dengan manusia nya yang beraneka ragam rasa, warna dan ke-absurditasnya ? #hanya share apa yang ada di pikiran , tidak bermaksud membawa jelek apapun or siapa pun ya #
    • Firmansyah:
    • Sangat seru dan memancing otak saya berpikir keras mengenai hal-hal yang perlu kita lakukan di luar sana sebagai manusia yang beradab dan berkemanusiaan. Salam kenal Pak, saya masih kuliah di semester 3 jurusan psikologi dan melihat bagaimana covid19 ini telah menjadi cerminan bagi semua orang hampir di seluruh muka bumi ini.. sebagian besar telah mengikatkan kaki kaki manusianya untuk bisa lebih betah di rumah dengan fasilitas online yang sudah tersebar dimana mana.
      Mau nanya nih Pak Yudha, dalam me-redefinisi ruang secara arsitektur pastinya nilainya akan abstrak dan tampilannya pasti akan berbeda beda di kaji dalam kacamata setiap ide/konsep pikiran seorang arsitek memperkenalkan gambaran kondisi NEW NORMAL ke dalam sebuah ruang yang kasat mata, apakah sisi psikis menjadi salah satu catatan penting bagi seorang arsitek untuk menarik garis utamanya mendesain? lalu yang kedua, di era sekarang ini jaringan internet menempati peringkat teratas yang menjadi kebutuhan hidup manusia (bekerja dan sekolah, komunikasiin dengan keluarga, bersosialisasi dengan orang orang di dunia maya, order barang via online) lalu menurut bapak sejauh mana arsitek bisa memberikan anti depresan tersebut lewat sentuhan sentuhan desainnya agar para manusia yang tinggal di dalamnya ? Kembali lagi kita memanghanya manusia biasa namun tidak lelah untuk selalu mencoba dan terus berusaha.
      Pertanyaan terakhir Pak : menurut bapak (ciri-ciri atau hal hal ) apa saja yang menjadikan cabang arsitektur itu khusus or special sehingga bisa di anggap "sanggup" ketika tiba saatnya nanti me-redefinisikan ruang di kedepannya? mohon jawaban dan sharingnya , Pak.

NEXT

What can we do when we are trapped in the dark?

ViBi Buzz